Loading...

Memelihara Getaran Cinta

Kemesraan suami istri setelah punya anak

Seperti baterai yang harus di-charge berulang-ulang, begitu pula kehidupan percintaan Anda dengan pasangan.

Setelah kehadiran buah hati, banyak pasangan suami-istri yang menempatkan urusan cinta menjadi nomor sekian. “Ah, kayak anak muda aja pake cinta-cintaan segala! Yang penting kan suami bertanggung jawab dan anak sehat,” begitu anggapan seorang ibu muda. Komentar serupa terlontar dari ibu lain, “Waduh, waktu untuk ngurus rumah dan anak aja udah mepet begini. Mana sempat lagi mesra-mesraan sama suami?”

Padahal, getar cinta mutlak dibutuhkan sepanjang usia pernikahan. Sayangnya, getar cinta bukanlah oksigen di udara bebas yang bisa dengan mudahnya dihirup. Perasaan itu harus diupayakan untuk dipertahankan oleh kedua belah pihak dengan berbagai cara. Sebab tanpa disadari, kesibukan dan rutinitas sehari-hari bisa membuat perasaan itu jadi tertutup dan berdebu.

Sudah menjadi kodrat manusia untuk mencari kesenangan (pleasure) dan mengurangi rasa sakit (pain). Perasaan cinta adalah bagian dari kesenangan. Mana ada orang yang tidak menikmati perasaan disayang, diperhatikan, dibutuhkan, disanjung dan sebagainya. Akan menjadi masalah jika sampai suami/istri merasa tidak lagi mendapatkannya di rumah kemudian mencarinya di luar. Inilah yang berbahaya karena bisa mengguncang keutuhan perkawinan. Oleh sebab itu mempertahankan getar cinta menjadi sangat penting.

Menyegarkan hubungan seperti masa awal-awal pernikahan dulu bukanlah sesuatu yang mustahil diupayakan. Berlakulah seolah-olah masih jadi pengantin baru, saat masih belum tahu apa yang harus dilakukan bersama pasangan. Saat dimana Anda berdua masih mencari-cari cara terbaik untuk menikmati kebahagiaan bersama.

Jika Anda membutuhkan panduan, mungkin beberapa ide berikut bisa Anda lakukan:

1. Sediakan waktu khusus

Dulu saat masih berstatus pengantin baru, gangguan sekecil apa pun saat berdua-duaan tentu menjengkelkan. Sampai muncul guyonan bahwa dunia ini milik kita berdua, sementara yang lain cuma ngontrak. Mengapa setelah lama menikah tidak bisa lagi diusahakan hal yang sama? “Kalau anak nangis gimana? Masak iya sih dicuekin dan tetap asyik berduaan?” Tentu saja tidak perlu sampai setega itu.

Nah, agar segalanya berjalan lancar, atur waktunya. Contohnya jadwalkan setiap Sabtu jam 19.00-21.00 sebagai waktu khusus untuk berduaan saja tanpa kehadiran anak.

Sepanjang waktu tersebut serahkan tanggung jawab anak pada pengasuh. Siapkan beberapa DVD berisi film-film anak yang menarik supaya selama kita tinggal anak tetap asyik dengan dunianya sendiri. Sempatkan waktu tersebut untuk jalan-jalan keluar rumah sekadar menghirup udara segar atau bernostalgia makan di tempat langganan. Jangan anggap remeh aktivitas semacam ini karena bisa menghidupkan kembali romatisme pasangan.

Manfaatkan kebersamaan di kendaraan sepanjang perjalanan sebagai ajang untuk bicara lebih “dalam”, leluasa dan hangat.

Jika Anda tidak punya pengasuh anak, Anda tetap bisa memanfaatkan waktu setelah anak Anda tidur. Jika dirasa terlalu larut untuk pergi ke luar dan tentu tidak mungkin meninggalkan anak di rumah, maka Anda berdua bisa membuat makan malam romantis dan bermesraan di rumah. Toh, yang terpenting bukan di mana, tapi bagaimana suasana hangat dan mesra itu dibangun.

2. Jangan pelit memberi perhatian kecil

Ini juga salah satu kiat jitu, semisal mengirim pesan singkat bernada mesra, menatap matanya sambil memberikan senyum penuh arti, mengenakan busana pemberiannya, parfum kesukaannya, dan sebagainya. Bukankah melakukan semua hal tersebut tetap bisa dilakukan tanpa harus kehilangan kebersamaan dengan anak? Intinya, hidupkan terus hal-hal personal yang membuat Anda berdua merasa tetap tergetar saat bersama.

3. Bicara apa saja

Memang sulit bicara apa saja dengan pasangan, terlebih bagi individu yang tergolong pendiam. Sementara banyak hal rasanya lebih nyaman dan seru bila dibicarakan dengan orang lain. Padahal di awal pernikahan dulu, tak ada yang dirahasiakan kan dari sang kekasih. Rasanya apa saja ingin kita bicarakan dengan si dia. Nah, mengapa tidak mencobanya lagi? Jangan hanya rajin berkeluh kesah pada suami/istri, tapi posisikan pasangan sebagai orang istimewa yang kita percaya untuk mendengar banyak hal. Istilahnya, jangan hanya berbagi duka, tapi sering-seringlah berbagi suka.

4. Jaga penampilan

Menjelang bertemu dengan sang pujaan hati, rasanya belum puas kalau belum bercermin berulang kali sekadar untuk memastikan semuanya oke. Tapi kenapa sekarang hanya kaus oblong dan sarung atau daster yang menjadi busana favorit? Bagaimanapun menjaga penampilan agar selalu rapi dan enak dipandang akan membuat pasangan merasa dihargai dan diistimewakan.

5. Sentuhan

Jangan salah, sentuhan lembut, pelukan mesra, usapan sayang akan terasa amat menyejukkan, lho, di tengah kegersangan menjalani rutinitas sebagai suami istri. Siapa pun akan merasa tersanjung bila diperlakukan demikian. Ingat, ekspresi cinta tak selalu harus berupa ciuman hangat yang menggelora. Ciuman sekilas di dahi pun terasa menyejukkan bila dilakukan setiap hari dan penuh cinta sebagai sambutan setelah seharian berpisah dengannya karena harus bekerja.

6. Seks berkualitas

Tak bisa dipungkiri, masalah yang satu ini termasuk krusial dalam hubungan suami istri. Banyak suami yang jadi enggan menyentuh istrinya setelah melahirkan dengan berbagai alasan. Padahal rumah tangga yang sehat salah satunya ditandai dengan hubungan seksual yang berkualitas.

Tak ada salahnya menjadwalkan bulan madu kedua, ketiga, dan seterusnya agar gairah tetap berkobar seperti api olimpiade.

***

Tidak ada kata terlambat untuk mulai menumbuhkan getar-getar cinta lagi, meski telah sekian lama absen. Hubungan yang dibiarkan datar dan dingin, akan membuat suami/istri gampang terjebak dalam kejenuhan. Bukan tidak mungkin karena merasa jenuh dengan kehidupan rumah tangganya, pasangan jadi lebih rentan menghadapi berbagai godaan di luar sana.

Sumber: Marfuah Panji Astuti
Tips 902788835459795564

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts