Loading...

7 Kebahagiaan Sejati yang Membuat Kita Bahagia Dunia-Akhirat

7 Kebahagiaan Sejati yang Membuat Kita Bahagia Dunia-Akhirat


"Bersyukur itu ajaib ya?" Begitu kata ibu yang ikut antre periksa kandungan.

"Katanya, hidup ini mudah jika kita terbuka. Terbuka melihat hal-hal kecil di sekitar kita, terbuka menerima cobaan yang sedikit menghambat perjalanan kita, terbuka dalam berpikir begitu beruntungnya kita jika dibandingkan dengan orang lain, dan masih banyak lagi keterbukaan yang harus kita lakukan dalam menyikapi hidup ini. Untuk selanjutnya kita tinggal berterima kasih kepada Allah Ta'ala atas takdir-Nya yang indah untuk kita. Itulah bersyukur.

Sederhana banget ya?

Katanya lagi, dengan bersyukur, ibarat kita cuma punya uang seribu saja. Itu perasaan merasa kayanya luar biasa. Selain itu, bersyukur bisa jadi obat ampuh untuk menghilangkan sifat iri. Yup, sifat dimana kita merasa cemburu ketika orang lain bahagia, sifat yang menunjukkan kalau kita tidak punya sesuatu yang bisa kita banggakan atau bahkan sifat yang bisa menghambat kehidupan kita."

"Padahal", lanjutnya, "Tidaklah sulit untuk melakukan ini. Hanya perlu kepekaan terhadap apa yang telah kita miliki dan peka terhadap sekitar kita. Alhasil, kita akan merasakan keindahan hidup seperti banyak dijadikan ending di cerita-cerita dongeng; life happily ever after."

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Qur'an, itu berarti  في الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً, bahagia di dunia, juga selamat di akhirat.

Obrolan dengan ibu tersebut mendorong saya untuk mencoba menelusuri makna kebahagiaan yang sejati. Hingga akhirnya saya menemukan mutiara ilmu dari Ibnu Abbas radhi Allahu'anhu, salah seorang sahabat Nabi saw. yang terkenal dengan julukan Turjumaanul Qur’an (orang yang paling ahli dalam menerjemahkan Al-Quran).

Menurut Ibnu Abbas ra. terdapat tujuh kebahagian sejati bagi seorang muslim, yakni:

1. Hati yang selalu bersyukur

Artinya selalu menerima apapun yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan dengan ikhlas. Agar dapat selalu bersyukur, maka mestilah kita memahami ayat. "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.” (QS. Al Mu’minun: 1)

Bagi hamba Allah yang beriman, setiap peristiwa apapun yang ditimpakan kepadanya adalah sebuah keberuntungan. Tanpa memilih apa ujiannya, dengan kunci ikhlas, semua menjadi ringan, karena disertai kesyukuran masih diberi keringan yang lain.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim (Shahih Muslim no. 4673) Rasulullah bersabda,

"Janganlah kamu sekalian terlalu bersedih dan tetaplah berbuat kebaikan karena dalam setiap musibah yang menimpa seorang muslim terdapat penghapusan dosa. Bahkan bencana kecil yang menimpanya atau karena sebuah duri yang menusuknya."

Inilah jiwa syukur yang berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress apalagi depresi. Inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur.

2. Pasangan hidup yang shalih

Memiliki pasangan hidup yang shalih adalah sebuah kebahagiaan yang besar. Karena mereka akan senantiasa saling mengingatkan dalam rangka ketaatan kepada Allah swt. Dari pasangan yang shalih, in syaa Allah akan lahir generasi-generasi yang shalih pula.

Bahkan para peneliti kejiwaan telah membuktikan bahwa keshalihan (inner beauty) adalah duapertiga faktor penentu kebahagiaan hidup, sedangkan kecantikan atau ketampanan dan kekayaan hanyalah sepertiga darinya.

3. Anak yang shalih

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apabila seorang anak Adam mati, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang selalu mendoakannya." (HR. Muslim)

Digambarkan oleh Rasulullah saw., tidak hanya kebahagiaan dunia yang akan diperoleh dengan memiliki anak shalih. Bahkan kelak di akhirat, para orangtua akan merasa takjub dan terheran-heran karena mendapatkan kenikmatan yang tidak mereka sangka-sangka sebelumnya.

“Sesungguhnya seseorang akan diangkat derajatnya di surga, lalu ia berujar, ‘Bagaimana mungkin aku mendapatkan derajat ini?” Maka, dijawab, “Hal ini lantaran anakmu telah memohonkan ampun untukmu.” (HR. Ibnu Majah)

4. Lingkungan yang kondusif bagi iman

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)." (QS. At Taubah: 119)

Nabi saw. juga menganjurkan agar kita bersahabat dengan orang-orang yang berpengaruh positif: “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari-Muslim)

5. Harta yang halal

Harta yang halal merupakan keberkahan dalam kehidupan Muslimin.

"Dan sesungguhnya harta benda ini terasa manis, barang siapa yang mengambilnya dengan cara yang benar dan membelanjakannya dengan benar pula, maka ia adalah sebaik-baik bekal. Sedangkan barang siapa yang mengumpulkannya dengan cara yang tidak benar, maka ia bagaikan binatang yang makan rerumputan akan tetapi ia tidak pernah merasa kenyang, (hingga akhirnya iapun celaka karenanya).” (HR. Bukhari-Muslim)

Sedangkan harta haram adalah musibah dan sumber celaka bagi seorang muslim. Salah satunya adalah menjadi penyebab tertolaknya doa.

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seorang lelaki yang berpergian jauh, hingga penampilannya menjadi kusut dan lalu ia menengadahkan kedua tangannya ke langit sambil berkata: ‘Ya Rabb, Ya Rabb!’ Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dahulu ia diberi makan dari makanan yang haram, maka mana mungkin permohonannya dikabulkan.” (Riwayat Muslim)

6. Memiliki semangat untuk memahami agama

Memiliki keinginan yang kuat untuk memahami dienul Islam adalah indikasi cinta Allah yang diberikan kepada hambanya.

“Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, Maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bahkan Allah memberikan jaminan terangkatnya derajat seorang hamba yang beriman dan memiliki ilmu atau pemahaman agma yang baik.

"Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Mujadilah: 11)

7. Umur yang barokah

Arti barokah yang paling mudah dan paling sederhana adalah jalbu al khoir, yakni banyak kebaikannya. Umur yang berokah berarti umur yang banyak dimanfaatkan untuk kebaikan serta mampu memberikan kontribusi kebaikan baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Baik untuk kepentingan di dunia terlebih lagi untuk kepentingan akhirat nanti.

Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad)

[Aryanti Be/muslimfamilia.com]

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts